Kita semua mengenal Martin Elianto (ME) sebagai ashtangi dan praktisi yoga yang aktif mengajar di Jakarta maupun tempat tinggalnya Bogor. Bersama sang istri, Tasya Dante, ia mendirikan dan sehari-hari mengelola studio yoga bernama “MarTasya Yoga Shala” di rumahnya. Berikut ialah petikan wawancara Yoga Gembira (YG) dengan mantan pebalet ini.
YG: “Kapan dan bagaimana Anda bisa mengenal yoga hingga seperti sekarang?”
ME: “Saya mengenal yoga pertama kali tahun 2011 di Bogor di sebuah gym besar dengan guru Ryan Purinawa, Dicky Sulistyo dan mas Idris.”
YG: “Apakah tujuan paling utama Anda dalam beryoga?”
ME: “Saya beryoga untuk menyehatkan pikiran, tubuh dan jiwa.”
YG: “Siapa guru yoga yang paling diingat dan inspiratif sampai sekarang?”
ME: “Deera Dewi.”
YG: “Manfaat apa yang pertama Anda rasakan setelah pertama kali dulu mulai beryoga?”
ME: “Mengontrol emosi jiwa lebih baik dan membuat pinggang dan punggung nyaman karena permasalahan terdahulu cedera punggung.”
YG: “Menurut Anda, guru yoga yang ideal itu seperti apa?”
ME: “Guru yoga ideal adalah guru yoga yang dapat memberikan yoga practice yang dapat diikuti oleh mayoritas peserta agar peserta dapat mendapatkan manfaat latihan.”
YG: ” Jenis yoga yang bagaimana yang paling Anda sukai? Dan kenapa?”
ME: “Vinyasa dan Hatha Yoga, karena vinyasa bekerja untuk cardio dan hatha yoga untuk pembentukan dan kelenturan tubuh.”
YG: “Bagaimana dan sesering apa Anda yoga?”
ME: “Setiap hari.”
YG: “Asana apa yang paling Anda sukai dan tidak sukai di kelas yoga dan kenapa?”
ME: “Backbend favorit, twisting sepertinya agak sulit terutama deep twist karena anatomi tubuh kurang mendukung.”
YG: “Bagaimana yoga Anda integrasikan dalam kehidupan sehari-hari?
ME: “Saya mengintegrasikan yoga dalam kegiatan sehari-hari dengan bersikap mindful dan fokus dalam setiap pekerjaan.“
YG: ” Apa hobi di waktu luang selain yoga dan olahraga?”
ME: “Saya suka membaca.”
YG: “Teacher Training apa saja yang sudah Anda ikuti?”
ME: “Saya telah mengikuti sejumlah teacher training dari Yoga Mix, Hatha Yoga Noah Maze, Ashtanga Yoga David Swenson, Inside Flow Yoga, Prana Flow Yoga, hingga Power Vinyasa.”
YG: “Bagaimana tanggapan Anda jika ada orang yang menolak yoga karena dianggap lekat dengan ritual kepercayaan tertentu?”
ME: “Saya akan mencoba untuk menyarankan ikut Yoga Tarian Jiwa.”
YG: “Bagaimana menurut Anda perkembangan yoga di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini?”
ME: “Pesat luar biasa.”
YG: “ Bisa diceritakan sekilas, bagaimanakah pengalaman pertama mengajar Anda?”
ME: “Grogi banget.“
YG: “Apa yang menurut Anda paling menarik dari aspek filosofi/ non-asana dalam yoga?”
ME: “8 tangga yoga dari Patanjali Sutra.”
YG: “Bagaimana Anda menggambarkan gaya mengajar Anda?”
ME: “Fun and sweaty tapi tetap mindful.”
YG: “Apakah aspek yoga yang paling menarik bagi Anda?”
ME: “Memberikan sepenuhnya ketenangan pikiran, kedamaian dalam hati dan jiwa, memberikan rasa percaya diri, membuat otak bekerja lebih baik.” (*/Akhlis)